Dua Mantan Presiden RI Gagal Dapat Gelar Pahlawan

Hari Pahlawan kemarin (10 November 2010) menjadi momen penting bagi seluruh bangsa Indonesia. Kita harus dan wajib mengenang jasa para pahlawan kita karena tanpa mereka mungkin saat ini kita masih di bawah jajahan negara lain dan tentunya jangan lupa atas kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa ya...hehe..
Namun, thukah kalian apa saja yang terjadi pada hari Pahlawan kemarin??? Tentunya kita sebagai manusia memiliki keterbatasan. Akan tetapi, setidaknya kita tahulah mengenai hal yang terjadi di negara kita, minimal satu hal, misalnya musibah Gunung Merapi dan Mentawai. Namun, ini jauh lebih penting. Ternyata, dalam penobatan nama pahlawan baru kemarin yang langsung diserahkan oleh Pak Presiden SBY, ada dua mantan presiden kita yakni Bpk. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan Bpk. Soeharto tidak bisa mendapatkan gelar pahlawan tersebut. Kenapa ya???
Tanda Kehormatan dan Tanda Jasa yang diberikan Pemerintah melalui Keputusan Presiden No 52 TK/2010 sebagai Pahlawan Nasional hanya diberikan kepada dua orang dari sepuluh kandidat.

Sebelumnya, Kementerian Sosial telah mengajukan 10 nama tokoh yang telah diseleksi untuk memperoleh gelar pahlawan nasional kepada Dewan Gelar, Tanda Kehormatan dan Tanda Jasa. 10 tokoh itu adalah mantan Gubernur DKI Ali Sadikin dari Jawa Barat, Habib Sayid Al Jufrie dari Sulawesi Tengah, mantan Presiden HM Soeharto dari Jawa Tengah, mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid dari Jawa Timur.

Kemudian Andi Depu dari Sulawesi Barat, Johanes Leimena dari Maluku, Abraham Dimara dari Papua, Andi Makkasau dari Sulawesi Selatan, Pakubuwono X dari Jawa Tengah, dan Sanusi dari Jawa Barat.

Namun pada penganugrahan gelar yang dilaksanakan di Istana Negara (11/11) hanya dua nama yang lolos mendapat gelar pahlawan nasional yaitu Dr Johanes Leimena dan Johanes Abraham Dimara. Dengan begitu kepastian mantan Presiden Soeharto dan mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid tidak mendapatkan gelar pahlawan nasional terbukti hari ini.

Bagaimanapun juga pak Harto berjasa dalam merebut kemerdekaan negeri ini, waktu jadi presiden negara ini disegani oleh negara lain, dengan PELITA pembagunan terencana dan teraarah stabilatas politik dan keamanan terjaga, namun pak harto juga ada cacatnya tp menjadi tidak adil ketika hanya melihat kekurangannya tanpa melihat jasanya....
Gus Dur sosok yang Kontroversial, berkat Gus Dur gaji PNS menjadi layak, WNI keturunan menjadi lebih di akui, hanya Gus Dur yang terang terangan membela Ahmadiyah, Gus Dur pejuang Hak Asazi Manusia....

Sumber: Kaskus

Indosiar.com, Jakarta - Hari ini pemerintah akhirnya mengumumkan sekaligus memberikan gelar pahlawan nasional dan tanda jasa kepada sejumlah tokoh dalam sebuah upacara kenegaraan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Negara, Jakarta Kamis pagi. Acara ini dihadiri Wakil Presiden Boediono, pimpinan lembaga tinggi negara dan wakil dari pihak keluarga yang menerima penganugerahan negara.
Untuk tahun ini pemerintah memberikan gelar pahlawan untuk dua tokoh dari kawasan Indonesia timur yakni
Johanes Leimena dari Ambon dan Johanes Abraham Dimara dari Papua. Leimena yang mewakil Jong Ambon pada kongres Pemuda tahun 1928, berjasa besar meningkatkan kesehatan masyarakat dengan program kuratif dan preventif yang menjadi cikal bakal Puskesmas. Ia bahkan telah menjadi Menteri Kesehatan tahun 1956 era Presiden Soekarno, sedangkan Johanes Dimara berjasa besar dalam proses pembebasan Irian Barat.
Dewan Gelar dan Tanda Kehormatan kali ini belum meloloskan dua mendiang mantan Presiden RI HM Soeharto dan Kyai Haji Abdurrahman Wahid alias Gus Dur. Meski keduanya telah lolos seleksi administratif dan khusus ditingkat departemen sosial, namun keduanya dinilai belum cukup dengan berbagai pertimbangan terutama masukan dari masyarakat.
Selain gelar pahlawan, pemerintah juga menganugerahkan tanda kehormatan bintang mahaputra kepada 9 orang diantaranya kepada Sutan Takdir Alisjahbana. Tanda kehormatan bintang jasa kepada dua orang dan 8 tanda kehormatan bintang budaya parana darma pada 8 orang diantaranya kepada almarhum Romo Mangun Wijoyo. (Rafael Don Bosco/Waluyo Adi Susanto/Sup)

0 komentar:

Posting Komentar